Monday 7 November 2016

My love story #1


Assalamu’alaikum!
 
Everyone has their own love stories, and here is mine…

Setelah melalui berbagai macam cobaan, tantangan, dan rintangan untuk dipersatukan dengan kekasih halal…

Alhamdulillah, Allah telah memilihkan Imanda Junifar sebagai imam saya. Meskipun proses ta’aruf kami relatif singkat (hanya 6 bulan), mengambil keputusan untuk menerima Mas Iman sebagai imam saya bukanlah hal yang main-main. Kami sama-sama berusaha menjalani prosesnya secara syar’i, sama- sama mendirikan istikharah untuk meminta petunjuk pada Yang Maha Mengetahui, serta meminta saran juga masukan pada keluarga dan kerabat dekat.

Kami saling mengenal melalui Mas Rahman. Dia adalah tetangga saya dan teman semasa kecil. Ternyata Mas Rahman merupakan teman kuliah Mas Iman (yang kini menjadi suami saya). 

Saat itu, Mas Rahman merasa ingin membantu Mas Iman yang tak kunjung menikah di usia yang sudah menginjak 28 tahun. Entah atas pertimbangan apa tiba-tiba Mas Rahman mengirimkan pesan ke whatsapp Ummi saya yang berisi CV ta’aruf, proposal menikah, dan foto Mas Iman serta tulisan “Ummi, coba ditawarkan ke Mba Hana. Suka travelling juga. Siapa tau cocok”. 
Ummi saya kaget bukan main setelah mendapatkan pesan tersebut, karena Ummi sama sekali ngga pernah minta nawarin saya untuk dikenalin ke siapapun. Ummi juga bingung bagaimana menyampaikan hal ini karena saya sering banget ‘sensitif’ duluan untuk masalah ini.

Beberapa hari setelah Mas Rahman mengirimkan pesan tersebut, Ummi memerlukan waktu berhari-hari untuk memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk menyampaikan hal ini tanpa menyakiti atau menyinggung perasaan saya.

Sepulang mengajar, Ummi menunjukkan foto Mas Iman pada saya.
“Ganteng mba?”tanya Ummi.
“Biasa aja.” jawab saya.
“Suka travelling juga nih kayak Mba Hana.” sambung Ummi
“Oh, emang itu siapa?” tanya saya
“Ada deh” jawab Ummi.
Begitulah, Ummi belum berani memberi tau anaknya bahwa Mas Rahman menawarkan temannya untuk dikenalin. Saya juga ngga tau kalo ternyata Ummi udah seneng banget sama Mas Iman, padahal baru liat foto dan baca CV serta proposal pernikahan Mas Iman. Hahahaaaaa

Karena Ummi kurang enak terlalu lama memendam rahasia, akhirnya Ummi memberi tahu saya juga tentang rencana ta’aruf. Meskipun Ummi sudah sangat berhati-hati menyampaikannya, tetap saja respon saya negatif terhadap rencana ta'aruf ini. Pada awalnya saya menolak abis-abisan. Ngga mau kenalan ama orang asing, ngga mau bertemu orang yang mau ta’aruf, sempet kesel juga sama Ummi.

Ummi pantang menyerah. Ummi meminta maaf jika hal ini membuat saya kurang nyaman. Ummi menyampaikan bahwa ini salah satu ikhtiar Ummi untuk menyeleksi calon imam saya. Ummi ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Mendengar hal tersebut, hati saya mulai melunak.
Ummi tak henti-hentinya memberi masukan.
“Kan ketemu aja mba, kenalan…kalo ternyata mba Hana ngga suka setelah bertemu dan berkenalan ya ngga apa apa. Itung-itung silaturahim. Ummi selalu mendoakan Mba Hana agar mendapatkan suami terbaik. Hargai Mas Rahman juga, ketemu dululah sama temennya. Baru kamu boleh pertimbangkan” kata Ummi.

“Istikharah. Ummi baca CV dan proposal nikahnya aja udah seneng. Sepertinya orangnya baik. Baca deh, cita-citanya ingin menghafal Al-Qur’an. Masya Allah…” sambung Ummi.

Meskipun sebelumnya saya bersikeras menolak tawaran Ummi, namun pada akhirnya saya luluh juga. Saya mencoba untuk istikharah dan mempelajari CV serta proposal nikah Mas Iman.

Sehabis beberapa kali melakukan istikharah dan minta petunjuk sama Allah Yang Maha Mengetahui, akhirnya saya memutuskan untuk memberi Mas Iman kesempatan.
Ummi dan Mas Rahman mengatur jadwal untuk pertemuan kami. Ummi menyarankan Mas Iman ke rumah saya ditemani Mas Rahman.

Kami bertemu pertama kali pada bulan Oktober 2015. Setelah berdiskusi singkat untung saling mengenal, tak berapa lama mereka izin pulang karena mengetahui bahwa saya harus pergi ke Pacific Place untuk menghadiri technical meeting acara lomba Story Telling murid-murid saya.

Mas Rahman membuat grup whatsapp untuk saya dan Mas Iman setelah pertemuan tersebut. Tujuan grup whatsapp ini adalah sebagai media komunikasi bagi kami, biar ga berdua-duaan/ berkhalwat jadi harus ada pihak ketiga. Tentu saja Mas Rahman yang menjadi admin sekaligus moderatornya heheheee.

Banyak hal yang kami diskusikan, mulai dari cita-cita, islamic life-style, misi setelah menikah, musik, tukang ojek, hingga entrepreneur.
Pertemuan kedua, Mas Iman ke rumah saya sendiri dan lebih banyak berdiskusi dengan Bapak dan Ummi saya.

Pertemuan ketiga Mas Iman ke rumah bersama Mamah, Ibu (bude Mas Iman tapi karena mereka pernah lama tinggal bareng jadi manggilnya Ibu), dan Intan (adik perempuannya). Mamah Mas Iman sempat mengatakan ini setelah kami shalat berjamaah: “Iman udah seneng ama neng Hana. Neng Hana gimana nih?”tanya Mamah. Saya belum bisa menjawab jadi hanya tersenyum saja.
Ba’da ashar setelah Mas Iman dan keluarganya pulang, saya mulai memikirkan tentang ta'aruf ini. Saya melihat kesungguhannya untuk menjadi kekasih halal saya dengan membawa keluarganya ke rumah untuk diperkenalkan dengan saya dan keluarga. Setelah meminta pentunjuk dari Allah Yang Maha Menguasai Hati dan mempertimbangkan banyak hal, akhirnya saya memberanikan diri untuk mengirimkan pesan pribadi ke Mas Iman (abis malu berat kalo harus nulis di grup wa hehehehe). Intinya, bismillahirrohmanirrohiim.. Hana siap menerima Mas Iman jadi imam saya kelak.

Ketulusan dan kesungguhan Mas Iman untuk segera menunaikan ibadah sunnah ini benar-benar nyata. Pada bulan Januari, Mas Iman melamar saya. Saat itu Mas Iman mendadak dikasih tes ama Ummi untuk membaca surat An-Naba on the spot huahahahaha. Kebayang dong gimana kekinya Mas Iman hihihiiii. Lagi lamaran aja dia udah pucet, eh disuruh baca An-Naba dadakan di depan keluarga saya dan keluarganya.
Alhamdulillah, meskipun ngga sampai ayat terakhir.. Mas Iman berhasil membaca 10 ayat An-Naba dan lulus tes dari Ummi. *bow*
Setelah acara lamaran berlangsung, keluarga kami mulai berdiskusi untuk menentukan waktu pernikahan. Dengan mempertimbangkan banyak hal, akhirnya 27 Maret 2016 diputuskan menjadi hari pernikahan kami insya Allah.

To be continued…

No comments:

Post a Comment