Inilah kisah saya.
Saya mengenalnya sejak kelas 3 SMP. Sebut saja namanya Kumbang. Ia anak pindahan dari Bekasi. Setelah berkenalan dan banyak cerita, akhirnya kami dekat. Ternyata temen SD saya di Bekasi merupakan temen SMP-nya, hahaha dunia ini sempit sekali. Dari situlah kami mulai lebih dekat dan akrab. Tapi saya heran, keakraban kami tak pernah terlihat di sekolah. Kalo di sekolah kami diem-dieman kayak orang ga kenal. Eh giliran di rumah, nelpon-nelponan ama smsan jalan terus hehehehe jadi malu kalo inget itu :”)
Saat itu pun tiba. Momen dimana persahabatan dirasa tak cukup. Ia mengatakan hal itu, you know-lah what i mean. He says about love and wanna be my boyfriend hahahaha. Polosnya saya, saya langsung mengatakan bahwa saya juga sangat-sangat ***** sama dia (emang anak SMP tau apa sih tentang cinta hahaha), namun saya mengatakan bahwa saya tidak ingin pacaran. Ia berkata bahwa ga pacaran bukanlah masalah, karena kami sudah saling menyayangi *preeeeeeeeeeeeeet.
Mulai saat itu, dunia saya pun berubah. Rasa-rasanya dunia yang tadinya kelabu menjadi lebih berwarna. Saya bersemangat pergi ke sekolah (meski di sekolah saya dengannya masih suka diem-dieman) tapi jujur, dialah motivasi saya untuk ke sekolah. Ia sangat baik, perhatian, pinter, dan romantis. Setiap pagi ketika membuka mata, saya langsung meraih ponsel saya karena ia selalu mengirimkan sms morning greeting dan sebelum tidur saya selalu mengecek ponsel saya untuk melihat pesan darinya hihihi. Telepon dan smsnya kini lebih intensif dari sebelumnya, bahkan melebihi porsi makan 3 kali sehari! Dengan perhatian, kebaikan, dan pengertiannya, ia berhasil mencuri hati saya. Ternyata benar bahwa ketika kita jatuh cinta pada seseorang, kita menjadikannya nomer satu di hati kita. Dan itu terjadi pula pada saya. Saat itu saya benar-benar memujanya, tak ingin kehilangan dirinya, merasa bahwa dialah lelaki terbaik sejagat-raya, yah pokoknya hal-hal yang dirasakan oleh orang yang sedang jatuh cinta. Kami tidak pacaran, namun hubungan kami sudah sangat mengkhawatirkan. Dia ga bales sms aja, saya udah uring-uringan. Pokoknya sensi tingkat tinggi banget kalo udah nyangkut masalah tentang dia.
Meskipun kami sudah mengetahui perasaan masing-masing, saya tidak pernah berani untuk bertemu berdua dengannya. Ngeliat dia aja saya udah deg-degan, keringet dingin, dengkul lemes, aaaa cupulah cinta jaman SMP. Saya dan dia hanya deket lewat telpon dan sms.
Tapi walau cuma komunikasi lewat telepon dan sms, pengaruh cowok satu ini sudah super duper ekstra jumbo. Saat itu, he can control my feelings. Kalo lagi marahan, saya bisa uring-uringan atau nangis ampe mata bengkak. Giliran lagi baikan, dunia serasa milik berdua. Senengnya bisa kebawa ampe mimpi hahahaaaa
Ketika tahun ajaran baru, kami tidak satu sekolah lagi. Ia diterima di salah satu SMA Negri di Makassar, dan saya di SMA Athirah. Hubungan saya dengannya masih baik. Tentu saja hanya lewat telpon dan sms. Kami selalu menceritakan kejadian di sekolah dan saling memberi semangat ketika MOS berlangsung.
Seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa saya tidak bisa seperti ini terus. Bukan saya udah ga sayang atau ga cinta sama dia, tapi saya menyadari bahwa ini SALAH. Saya sadar bahwa hati saya telah sangat bergantung padanya, dan ini TIDAK BAIK.
Akhirnya saya benar-benar mengikuti kata hati saya. Saat itu hari senin, 22 Agustus 2005. Saya mengirimkan sebuah pesan kepadanya tentang keputusan saya untuk mengakhiri hubungan yang ga jelas ini. Sedih? Jangan ditanya. Meskipun saya yang memutuskan, sayalah yang paling sedih menerima kenyataan ini. Padahal saya dan dia tidak memiliki hubungan apa-apa, namun ketika menulis sms untuk menjaga jarak, rasanya kok hati saya teriris-iris ya. Meskipun begitu, saya mencoba untuk kuat, tegar, terus berjalan.......... dan saya gagal.
Tak berapa lama setelah saya memutuskannya, ia telah menjalin hubungan baru. Mungkin dia ga inget, tapi saya inget banget kalo dia ngasih tau saya bahwa ia telah memiliki pacar baru melalui telpon tepat ketika saya ulang tahun.
Ia berkata "Na, aku udah jadian ama ****".
Nice! Ketika saya mendengar hal tersebut, saya seperti disamber petir.
jegeeeeeer<--------------------bunyi petirnya="petirnya">--------------------bunyi>
walaupun sebenernya ingin menangis, saya hanya bisa menjawab "Oya? Selamat yaa"
hahaha padahal dalam hati udah pengen meraung-raung *efek sinetron*. Tapi lagi-lagi saya berusaha untuk tidak memperdulikannya dan untuk kesekian kalinya pula saya gagal. Ia benar-benar telah mendominasi hati dan pikiran saya. Saya seperti kehilangan separuh jiwa saya (sounds like Anang’s song, right?) hehehehe.
Ia berkata "Na, aku udah jadian ama ****".
Nice! Ketika saya mendengar hal tersebut, saya seperti disamber petir.
jegeeeeeer<--------------------bunyi petirnya="petirnya">--------------------bunyi>
walaupun sebenernya ingin menangis, saya hanya bisa menjawab "Oya? Selamat yaa"
hahaha padahal dalam hati udah pengen meraung-raung *efek sinetron*. Tapi lagi-lagi saya berusaha untuk tidak memperdulikannya dan untuk kesekian kalinya pula saya gagal. Ia benar-benar telah mendominasi hati dan pikiran saya. Saya seperti kehilangan separuh jiwa saya (sounds like Anang’s song, right?) hehehehe.
Tidak hanya sampai disitu masalah saya. Setelah tak bisa mengendalikan hati, pikiran, dan perasaan, ujian lain pun datang. Saya terlibat konflik dengan-ya-sebut saja pacar barunya. Entah sebab apa genk pacar barunya mengirimkan pesan di friendster saya yang isinya menjelek-jelekkan saya. Bahasanya pedeeeees banget. Entah siapa yang menulis pesan berisi kata-kata kasar tersebut. Pas baca pesan itu, saya langsung menangis sejadi-jadinya, padahal saat itu saya sedang di warnet. Saya sudah tidak dapat mengendalikan perasaan dan membendung air mata saya, jadi yaaa langsung aja nangis depan kompi warnet. Itu merupakan cobaan terberat dalam hidup saya. Sekali lagi, BERAT! Lebih berat dari tinju kelas berat *loh?!*
Lanjut yaaa... sepulang sekolah saya menangis dan curhat sama Ummi. Ummi mengatakan bahwa itu adalah cobaan. Mungkin inilah cara Allah untuk menggugurkan dosa-dosa saya yang sudah terlalu banyak.
Di lain pihak, hubungan saya dengan si Kumbang baik-baik saja. Kami masih berteman, namun tak sedekat dulu. Perubahan sikapnyalah yang membuat saya rapuh. Kami tak seakrab dulu. Sepertinya ada tembok besar Cina yang memisahkan kami. Rasanya berat sekali menerima kenyataan ini. Jauh di lubuk hati, saya mengakui bahwa saya masih memiliki rasa kepadanya. Saya sering menangis jika mengingatnya, terlebih ketika harus menerima kenyataaan bahwa ia telah bersama orang lain. Saya merasa bahwa inilah akhir dari semuanya. Saya mencintai seseorang yang sudah tidak peduli terhadap saya. Saya terpuruk, saya kecewa, saya putus asa, saya merasa bahwa Allah tidak adil. Saya sempat sakit dan tidak masuk sekolah hanya karena masalah ini. Ya, saya tidak pernah menyangka bahwa putus cinta dapat memberikan efek yang se-DAHSYAT ini. Ternyata orang yang sakit karena cinta emang bener-bener ada. Sayalah buktinya.
Ketika dalam kondisi yang benar-benar fragile seperti itu, orang-orang yang paling berjasa adalah keluarga dan teman-teman saya. Mereka tak henti-hentinya memberi saya support dan motivasi untuk bangkit dari keterpurukan.
Saya inget sekali kata-kata Ummi saat itu ”Udah mbak, sabar dan ikhlas aja. Kalau memang ia dijodohkan untukmu, suatu saat ia akan kembali. Namun jika tidak, percayalah bahwa Allah telah menyediakan yang terbaik untukmu”.
Saya inget sekali kata-kata Ummi saat itu ”Udah mbak, sabar dan ikhlas aja. Kalau memang ia dijodohkan untukmu, suatu saat ia akan kembali. Namun jika tidak, percayalah bahwa Allah telah menyediakan yang terbaik untukmu”.
Secara berangsur-angsur kesedihan saya hilang bersama sakit hati saya. Saya kembali ke sekolah dan menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan akademik dan ekstrakurikuler. Alhamdulillah, Allah masih sayang sama saya. Allah mengenalkan saya pada si Kumbang dan memberikan pelajaran berharga dari kejadian ini. Tidak ada yang ingin saya salahkan. Saya hanya ingin bersyukur terhadap semua hal yang pernah terjadi dalam hidup saya.
Saya mendapat pelajaran berharga dari skenario Allah yang terjadi pada episode saat itu, ”Cintailah seseorang sewajarnya dan jangan sampai cintamu kepada makhluk melebihi cintamu kepada Allah”.
Saya mendapat pelajaran berharga dari skenario Allah yang terjadi pada episode saat itu, ”Cintailah seseorang sewajarnya dan jangan sampai cintamu kepada makhluk melebihi cintamu kepada Allah”.
Terima kasih banyak buat si Kumbang, pelajaran ini akan saya ingat selalu.
Kita memang harus berpisah tuk menjaga diri
Untuk kembali arungi hidup dalam ridha Ilahi
Dan bila takdirnya kita bersama
Pastilah Allah kan menyatukan kita
(Maaf Tuk Berpisah-Tashiru)
Nb: you know who you are, thanks for everything :)
huhui... jadi ingat cintaku yang dulu juga di sana hik hik.. hik.
ReplyDelete