Alhamdulillah, pada tanggal 27 Maret
2016 saya dan Mas Iman telah menggenapkan separuh agama, mengikat perjanjian suci yang dalam
agama disebut sebagai “Mitsaqon Ghalizha”.
Mitsaqon ghalizha adalah nama sebuah
perjanjian yang paling kuat di hadapan Allah SWT. Dalam Al-Qur'an sendiri Allah
hanya tiga kali menggunakan istilah mitsaqon ghalizha dalam mengikat suatu
perjanjian. Pertama Allah menggunakan perjanjian ini ketika mengangkat sumpah,
perjanjian setia dari para nabil ulul azmi, yaitu dari Nabi Muhammad, Nuh, Ibrahim,
Musa, dan Isa.Perjanjian diantara Allah dan para NabiNya ini termaktub di dalam
Surat Al-Ahzab ayat 7.
Selanjutnya
Allah menggunakan perjanjian ini untuk mengangkat sumpah dari Bani Israil agar
taat dengan sebenar-benarnya ketaatan pada Allah. Dalam peristiwa ini Allah
mengambil sumpah atas Bani Israil seraya mengangkat Gunung Sinai di atas mereka
untuk menguatkan perjanjian. Peristiwa ini termaktub pada Surat An-Nisa ayat
154. dalam ayat tersebut Allah berfirman: Dan Kami angkat Gunung (Sinai) di atas
mereka untuk (menguatkan) perjanjian mereka. Dan Kami perintahkan kepada
mereka, "Masukilah pintu gerbang (Baitul Maqdis) itu sambil
bersujud," dan Kami perintahkan (pula), kepada mereka, "janganlah
kamu melanggar peraturan mengenai hari sabat ." Dan Kami telah
mengambil dari mereka perjanjian yang kukuh.
Perjanjian
ketiga yang termaktub dalam Al-Qur'an dengan menggunakan kata mitsaqon ghalizha
adalah pernikahan. Perjanjian yang dilakukan oleh anak manusia untuk mengikat
dirinya ke dalam lembaga pernikahan ini pada hakikatnya disaksikan oleh Allah.
Dalam Surat An-Nisa ayat 21, Allah menegaskan bahwa pernikahan adalah
perjanjian yang digolongkan ke dalam mitsaqon ghalizha. Pernikahan termasuk ke
dalam mitsaqon ghalizha karena ketika hambaNya melangsungkan ijab qabul,
sesungguhnya Allah menjadi saksi atas kalamnya.
Back to my story…
Jeda waktu antara lamaran hingga
pernikahan lumayan singkat (dari Januari hingga Maret). Oleh karena itu saya
dan Mas Iman segera menuliskan to do list untuk beberapa hari ke depan setelah tanggal pernikahan sudah diputuskan.. Mendaftar ke KUA, memesan undangan dan souvenir, menentukan tempat pernikahan, memilih menu katering,
hingga baju apa yang akan kami gunakan untuk akad dan resepsi.
Saya dan Mas Iman sangat bersyukur
atas kemudahan dan kelancaran proses menuju pernikahan kami. Banyak sekali
keluarga, kerabat, bahkan teman dan rekan yang ikut membantu serta
berpartisipasi mensukseskan acara ini. We really thank to everyone for
supporting us during the process.
Kami memilih Masjid As-Salaam sebagai tempat pengajian, akad dan resepsi.
Selain karena biayanya sangat terjangkau, Masjid
As-Salam terletak di depan rumah saya. Jarak dari rumah ke Mesjid
kira-kira hanya 10 langkah. Pengajian dilakukan pada hari Jum’at, 25
Maret 2016. Saya dan Mas Iman
berkesempatan untuk membaca juz 30 secara bergantian sebelum kami
meminta restu
dan doa kepada kedua orang tua. Alhamdulillah, pengajian berjalan hikmat
dan
lancar.
Pada hari Sabtu, saya pergi ke salon
untuk melakukan perawatan sebelum menikah. Oh ya, saran aja nih jika kalian ingin
menikah sebaiknya lakukanlah perawatan minimal 1 minggu sebelum acara. Karena saya
belajar, ketika saya melakukan facial 2 hari sebelum hari H. Merah-merah bengkak pasca facial masih betah aja di wajah saya hingga hari H tiba. Hiiiiiks…
Ahad, 27 Maret 2016.
Saya bangun di awal shubuh, setelah
shalat di masjid saya mendapat panggilan dari Kak Putri-teman Mas Iman yang
sangat mahir dalam make up dan ingin mendandani saya di hari spesial ini. Saya
pun bergegas mandi sebelum akhirnya didandanin sama Kak Pew Pew (panggilan akrab
Kak Putri).
Keluarga saya pun segera menyiapkan
dan merapikan diri, begitu juga dengan Mas Iman dan keluarganya yang sudah
bersiap di rumah Bu Imas (jarak Rumah Bu Imas dengan Rumah saya berbeda 7 nomor
saja).
Jam 8 pagi rombongan pengantin pria
mendatangi rumah saya. Setelah penyambutan dari keluarga saya selesai, kami pun
ke Masjid As-Salaam untuk melakukan akad nikah.
Setelah Mas Iman mengucapkan ijab
qobul, I can’t stop my tears from falling. Inilah saat dimana Bapak telah
memberikan amanah kepada Mas Iman untuk menjadi imam saya. Tanggung jawab dan
kewajiban seorang Bapak pun digantikan oleh suami. Terima kasih Ummi dan Bapak
atas segala ketulusan, kasih sayang, kesabaran, dan keikhlasan kalian dalam
merawat serta mendidik saya hingga kini.
Can't explain how blessed I am to live this life. My parents struggled
so hard to get me where I am today and I couldn't thank them enough.
Eternally grateful for my parents, my Allah bless them for all the sacrifices
they did to give the best for their children. May Allah grant the highest
Jannah for them.
Alhamdulillah akad berjalan dengan
lancar. Setelah akad adalah saat pertama kali saya dekat dengan Mas Iman. My
cheeks turn totally red ketika saya harus bersalaman dan mencium tangan kanan
Mas Iman *blushing
Alhamdulillah udah punya buku nikah
Setelah sesi foto sehabis akad
berlangsung, saya dan Mas Iman segera berganti kostum untuk resepsi. Kami tidak
menyangka bahwa tamu yang datang sangat luar biasa banyaknya. Alhamdulillah,
syukur tak terhingga. Insya Allah banyak yang mendoakan kami…
Semua berawal dari niat. Dan kita
harus selalu meluruskan niat dalam prosesnya. Niat kami menikah for the sake of
Allah, hanya karena Allah, ingin mendapatkan ridho dan rahmat-Nya. Semoga kami
bisa selalu menjaga niat lurus hanya untuk Allah SWT.
Doa terbaik untuk kedua mempelai
adalah doa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW:
Alhamdulillah
Alhamdulillah
Alhamdulillah
Billion thanks to Allah SWT who has arranged
this beautiful love story for us.
Thank you so much for all the prayers
and warm wishes.
May Allah pouring us all with love,
blessings, rahmat, dan barokah. Aamiin
No comments:
Post a Comment