Monday 7 November 2016

My love story #2


Alhamdulillah, pada tanggal 27 Maret 2016 saya dan Mas Iman telah menggenapkan separuh agama, mengikat perjanjian suci yang dalam agama disebut sebagai “Mitsaqon Ghalizha”. 


Mitsaqon ghalizha adalah nama sebuah perjanjian yang paling kuat di hadapan Allah SWT. Dalam Al-Qur'an sendiri Allah hanya tiga kali menggunakan istilah mitsaqon ghalizha dalam mengikat suatu perjanjian. Pertama Allah menggunakan perjanjian ini ketika mengangkat sumpah, perjanjian setia dari para nabil ulul azmi, yaitu dari Nabi Muhammad, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa.Perjanjian diantara Allah dan para NabiNya ini termaktub di dalam Surat Al-Ahzab ayat 7.


Selanjutnya Allah menggunakan perjanjian ini untuk mengangkat sumpah dari Bani Israil agar taat dengan sebenar-benarnya ketaatan pada Allah. Dalam peristiwa ini Allah mengambil sumpah atas Bani Israil seraya mengangkat Gunung Sinai di atas mereka untuk menguatkan perjanjian. Peristiwa ini termaktub pada Surat An-Nisa ayat 154. dalam ayat tersebut Allah berfirman: Dan Kami angkat Gunung (Sinai) di atas mereka untuk (menguatkan) perjanjian mereka. Dan Kami perintahkan kepada mereka, "Masukilah pintu gerbang (Baitul Maqdis) itu sambil bersujud," dan Kami perintahkan (pula), kepada mereka, "janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari sabat ." Dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kukuh.



Perjanjian ketiga yang termaktub dalam Al-Qur'an dengan menggunakan kata mitsaqon ghalizha adalah pernikahan. Perjanjian yang dilakukan oleh anak manusia untuk mengikat dirinya ke dalam lembaga pernikahan ini pada hakikatnya disaksikan oleh Allah. Dalam Surat An-Nisa ayat 21, Allah menegaskan bahwa pernikahan adalah perjanjian yang digolongkan ke dalam mitsaqon ghalizha. Pernikahan termasuk ke dalam mitsaqon ghalizha karena ketika hambaNya melangsungkan ijab qabul, sesungguhnya Allah menjadi saksi atas kalamnya.


Back to my story…

Jeda waktu antara lamaran hingga pernikahan lumayan singkat (dari Januari hingga Maret). Oleh karena itu saya dan Mas Iman segera menuliskan to do list untuk beberapa hari ke depan setelah tanggal pernikahan sudah diputuskan.. Mendaftar ke KUA, memesan undangan dan souvenir, menentukan tempat pernikahan, memilih menu katering, hingga baju apa yang akan kami gunakan untuk akad dan resepsi.

Saya dan Mas Iman sangat bersyukur atas kemudahan dan kelancaran proses menuju pernikahan kami. Banyak sekali keluarga, kerabat, bahkan teman dan rekan yang ikut membantu serta berpartisipasi mensukseskan acara ini. We really thank to everyone for supporting us during the process.

Kami memilih Masjid As-Salaam sebagai tempat pengajian, akad dan resepsi. Selain karena biayanya sangat terjangkau, Masjid As-Salam terletak di depan rumah saya. Jarak dari rumah ke Mesjid kira-kira hanya 10 langkah. Pengajian dilakukan pada hari Jum’at, 25 Maret 2016. Saya dan Mas Iman berkesempatan untuk membaca juz 30 secara bergantian sebelum kami meminta restu dan doa kepada kedua orang tua. Alhamdulillah, pengajian berjalan hikmat dan lancar.

Pada hari Sabtu, saya pergi ke salon untuk melakukan perawatan sebelum menikah. Oh ya, saran aja nih jika kalian ingin menikah sebaiknya lakukanlah perawatan minimal 1 minggu sebelum acara. Karena saya belajar, ketika saya melakukan facial 2 hari sebelum hari H. Merah-merah bengkak pasca facial masih betah aja di wajah saya hingga hari H tiba. Hiiiiiks…

Ahad, 27 Maret 2016.

Saya bangun di awal shubuh, setelah shalat di masjid saya mendapat panggilan dari Kak Putri-teman Mas Iman yang sangat mahir dalam make up dan ingin mendandani saya di hari spesial ini. Saya pun bergegas mandi sebelum akhirnya didandanin sama Kak Pew Pew (panggilan akrab Kak Putri).

Keluarga saya pun segera menyiapkan dan merapikan diri, begitu juga dengan Mas Iman dan keluarganya yang sudah bersiap di rumah Bu Imas (jarak Rumah Bu Imas dengan Rumah saya berbeda 7 nomor saja).

Jam 8 pagi rombongan pengantin pria mendatangi rumah saya. Setelah penyambutan dari keluarga saya selesai, kami pun ke Masjid As-Salaam untuk melakukan akad nikah. 

Setelah Mas Iman mengucapkan ijab qobul, I can’t stop my tears from falling. Inilah saat dimana Bapak telah memberikan amanah kepada Mas Iman untuk menjadi imam saya. Tanggung jawab dan kewajiban seorang Bapak pun digantikan oleh suami. Terima kasih Ummi dan Bapak atas segala ketulusan, kasih sayang, kesabaran, dan keikhlasan kalian dalam merawat serta mendidik saya hingga kini. 

Can't explain how blessed I am to live this life. My parents struggled so hard to get me where I am today and I couldn't thank them enough. Eternally grateful for my parents, my Allah bless them for all the sacrifices they did to give the best for their children. May Allah grant the highest Jannah for them.

Alhamdulillah akad berjalan dengan lancar. Setelah akad adalah saat pertama kali saya dekat dengan Mas Iman. My cheeks turn totally red ketika saya harus bersalaman dan mencium tangan kanan Mas Iman *blushing

 Alhamdulillah udah punya buku nikah


Setelah sesi foto sehabis akad berlangsung, saya dan Mas Iman segera berganti kostum untuk resepsi. Kami tidak menyangka bahwa tamu yang datang sangat luar biasa banyaknya. Alhamdulillah, syukur tak terhingga. Insya Allah banyak yang mendoakan kami…

Semua berawal dari niat. Dan kita harus selalu meluruskan niat dalam prosesnya. Niat kami menikah for the sake of Allah, hanya karena Allah, ingin mendapatkan ridho dan rahmat-Nya. Semoga kami bisa selalu menjaga niat lurus hanya untuk Allah SWT.

Doa terbaik untuk kedua mempelai adalah doa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW:

Alhamdulillah

Alhamdulillah

Alhamdulillah

Billion thanks to Allah SWT who has arranged this beautiful love story for us.

Thank you so much for all the prayers and warm wishes.

May Allah pouring us all with love, blessings, rahmat, dan barokah. Aamiin


No comments:

Post a Comment