Friday, 13 November 2015

Raising Ikhlas Kids (Part 1)

Saya lagi kepikiran, di era media sosial ini, betapa anak saya kelak semakin berpeluang menjadi orang yang hidupnya bergantung pada penilaian orang lain, jika kami tidak mendidik dan mengasuhnya dengan benar.
Ibadah karena takut dimarahi Ibunya. Jadi orang baik biar ngga malu-maluin Ayahnya. Berpenampilan demi ‘likes’. Berprestasi demi nilai. Kerja demi jabatan.
Saya ngga mau jadi orang tua yang takut citra diri jadi jelek tapi ngorbanin anak. Saya ngga mau ‘memotivasi’ anak pakai kata-kata “Jangan malu-maluin Ayah Ibu kamu ya!” Saya juga ngga mau anak saya gampang runtuh karena dikritik dan mudah terbang kalau dipuji. Saya ngalamin itu dan ngga mau anak saya begitu juga.
Saya berharap anak saya belajar bahwa hidup ini sementara. Dan akan sia-sia jika tidak dilandasi keikhlasan.
Ikhlas bukan sebatas merasa rela dalam penderitaan ibarat yang ditampilkan di sinetron religi. Ikhlas berarti selalu terhubung dengan Allah. Menjadikan Allah tujuan terbesar dibalik semua pilihan, di balik semua aktivitas.
Jadi saya melakukan introspeksi dan hasilnya adalah catatan ini. Sebagai pengingat untuk diri sendiri. Ya sebagai orang tua baru, saya harus banyak belajar dan berlatih.

What To Say To My Children
1. Tentang makan dan minum
“Kita makan bukan supaya gemuk dan dipuji semua orang, tapi supaya kita mendapat berkah. Sesuai doa kita “Allahumma baariklana..”“
Yang butuh anak gemuk siapa? Anaknya atau Ibunya? Biar anak gemuk atau biar Ibunya dipuji pandai merawat anak sama tetangga?
Gemuk ngga selalu sehat. Sehat ngga selalu diberkahi. Yang penting berkah. Makanan dengan menu restoran belum tentu berkah. Makanan sederhana bisa jadi lebih berkah. Dengan berkah itu tubuh kita punya energi. Dengan energi itu kita bisa mengisi umur kita dengan karya. Karena berawal dari berkah, mudah-mudahan karya kita bernilai ibadah.
2. Tentang berpenampilan
“Berpakaian indah, berpenampilan segar, rapi, dan bersih bukan agar orang lain memujimu, tapi karena Allah menyukai keindahan. Kita berpakaian bagus agar aurat tertutup dengan cara yang baik.”
Dunia fashion dan kecantikan akan selalu berubah. Tren busana senantiasa gonta-ganti. Jika berpakaian karena ikut tren semata, maka yang kini sudah baik mungkin bisa berubah di kemudian hari karena sudah dianggap ketinggalan zaman.
Maka berpakaianlah dalam rangka ketaatan. Perindahlah pakaian dalam rangka meneladani sifat Allah. Rawatlah wajah dan tubuh dalam rangka menjaga titipan. Takkan kadaluarsa meski dunia berakhir.
3. Tentang berprestasi
“Prestasimu bukan untuk nama baik Ayah atau Ibu. Bukan agar kamu disanjung sebagai orang terpintar. Tapi prestasi adalah caramu berdakwah dengan ilmu.”
Ilmu Allah itu luas. Jika kita pintar, sebenarnya kita sedang menampakkan sedikit dari luasnya ilmu Allah yang dikaruniakan terhadap diri kita.
Prestasi adalah cara untuk mengajak orang lain kepada kebaikan. Prestasi adalah cara untuk membuat orang lain semakin menyadari sifat Maha Luas ilmu Allah dan dampaknya semakin dekat pada Allah.
4. Tentang berbuat baik
“Jika orang lain meminta bantuanmu, sebenarnya Allah sedang menjawab doa orang tersebut lewat perantara kamu.”
Berbuat baiklah, jadilah ‘tangan’ Allah di muka Bumi. Jika orang lain menghormati kita dan menyanjung nama kita karena perbuatan-perbuatan baik kita, sebenarnya mereka sedang memuji kebaikan Allah yang dititipkan lewat tangan kita. Jadi jangan sombong.
http://urfa-qurrota-ainy.tumblr.com/post/132929078211/raising-ikhlas-kids-part-1

No comments:

Post a Comment