5. Tentang berbagi kebahagiaan
“Bagikan kebahagiaanmu pada sesama. Tapi bukan untuk sombong, melainkan untuk bersyukur”
Syukur pada hakikatnya bermakna ‘menampakkan nikmat Allah’. Allah suka jika kita menampakkkan apa-apa yang diberikannya. Agar orang lain ikut merasakan karunia tersebut dan ikut bersyukur kepada-Nya.
“Maka terhadap nikmat Rabb-Mu nyatakanlah” (Adh-Dhuha : 11)
“Maka terhadap nikmat Rabb-Mu nyatakanlah” (Adh-Dhuha : 11)
Yang menjadi nikmat itu adalah yang kita bagikan, bukan yang kita simpan sendiri. Tapi nyatakanlah nikmat yang kita peroleh dengan baik. Sebarkan kabar bahagia dengan cara yang sopan dan pantas. Tanpa menyakiti orang lain. Tanpa bermaksud memperoleh ‘likes’ atau pujian.
Karena pada hakikatnya kita hanya menyampaikan keagungan Allah terhadap diri kita. Lagi-lagi agar kita semakin dekat kepada Allah.
6. Tentang mencari pasangan
“Pernikahan bukan kompetisi. Jangan menikah untuk orang lain. Menikahlah karena kamu ingin mengikuti sunnah dan menjaga diri.”
7. Tentang ibadah
“Beribadahlah karena kamu bersyukur. Agar kamu tidak merasa berjasa dan tidak merasa berat melakukannya”
Ibadahmu untuk dirimu sendiri. Beribadahlah tanpa merasa kamu tengah menunaikan tugas atau perintah orang tua. Jadikan ibadah sebagai hobimu.
8. Tentang menjaga rasa percaya diri
“Kamu tidak perlu membandingkan hidup kamu dengan orang lain agar kamu merasa percaya diri. Merasa percaya dirilah karena kamu yakin Allah telah mencukupkan segalanya untuk setiap makhluk”
Ada orang-orang yang membutuhkan orang lain untuk bisa percaya diri. Misalnya mengejek orang yang menurut dia jelek agar menegaskan bahwa dirinya ganteng atau cantik. Atau mengolok-olok orang yang lemah sebagai cara untuk menunjukkan bahwa dirinya berkuasa.
Jangan seperti itu.
Tapi berangkatlah dari rasa yakin bahwa diri kita dihargai dan dicukupi oleh Allah. Orang yang dekat dengan Allah pasti percaya diri, karena dia selalu merasa cukup dan mampu jika bersama Allah.
9. Tentang mengagumi sewajarnya
“Kelak kamu akan mengalami perasaan kagum pada seseorang. Tapi ingat bahwa yang kamu kagumi adalah manusia juga”
Tak perlu terpesona berlebihan pada hidup orang lain. Jika berlebihan kadarnya, setidaknya ada dua kemungkinan :
Pertama, kamu akan sangat sangat kecewa ketika mengetahui sisi buruk orang yang kamu kagumi itu.
Kedua, hal tersebut berpeluang berlanjut pada perbandingan sosial. Kamu merendahkan diri kamu sendiri karena kamu membandingkan hidupmu yang dalam pikiranmu ‘tak sekeren’ dirinya.
Kagumi seseorang dengan wajar. Anggap semua orang adalah manusia biasa–dan memang begitu kenyataannya.
10. Tentang menjadi diri sendiri
“Hidupmu adalah hidupmu. Harga dirimu adalah harga dirimu. Kerja kerasmu adalah kerja kerasmu. Lakukan semuanya dalam rangka ketaatan pada Allah. Tak perlu merasa terbebani dengan siapa Ayahmu atau siapa Ibumu. Jangan terlena oleh komentar positif orang lain. Jangan ciut oleh komentar negatif orang lain. Berdiri tegaklah.”
http://urfa-qurrota-ainy.tumblr.com/post/132929168646/raising-ikhlas-kids-part-2
No comments:
Post a Comment