Tuesday, 5 October 2010

when something goes wrong

Dalam menjalani kehidupan, kita terkadang dihadapkan pada berbagai macam hal yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Hidup memang sesederhana itu. Reality has absolutely contrasted with our expected. Misalnya nilai indeks prestasi yang tidak memuaskan, dikhianati sahabat, ibu kostan yang jutek, ditinggal pacar (ooops, no offense here) hihihi. Yang jelas respon kita terhadap hal-hal di atas merupakan cerminan karakter kita.

Everyone has their own characteristic. Saya pernah membaca sebuah buku yang merupakan buku favorit saya, The Seven Habits of Highly Effective Teens . Dalam buku tersebut dikatakan bahwa di dunia ini tipe orang dibagi menjadi 2, ada yang proaktif dan ada yang reaktif. Did you catch what I mean?

Ok, I try to clarify what I’m talking about. Orang proaktif adalah golongan yang dapat mengendalikan hidup mereka, sedangkan orang reaktif sebaliknya. Contoh kongkretnya gini:

Kasus

Reaktif

Proaktif

Dikhianati sahabat

Membenci sahabatnya sendiri, menjauh dan tidak ingin mengenalnya lagi

Mencoba untuk berbicara dengannya, melakukan pendekatan persuasif

Ditinggal pacar

Memakinya, menangis sepanjang malam

Introspeksi diri dan mau menerima kenyataan

Nilai IP jelek

Menyalahkan dosen

Bertanggung jawab dengan apa yang ia peroleh

Kita bisa melihat dari tabel di atas bahwa orang proaktif merupakan golongan positif sehingga tidak heran kalau mereka dapat menemukan kebahagiaan sejati. Prinsip mereka adalah apapun yang terjadi dalam hidup ini, baik atau buruk merupakan sebuah proses perjalanan. Mereka dapat mengendalikan hidup mereka. Sedangkan orang reaktif justru merasa merekalah korban kejamnya kehidupan sehingga lebih sering menyalahkan orang lain dan merasa kecewa terhadap hal-hal yang unpredictable.

Saya sering mendengar curhatan beberapa sahabat saya. Baik tentang keluarga, teman atau bahkan pasangan mereka. Saya sering menyayangkan sikap mereka yang terkadang bersikap reaktif. Saya mengerti kok, kita tidak selamanya bisa proaktif. Namun jika kita tidak bisa proaktif, ada baiknya untuk berhenti sejenak. Menekan tombol pause. Daripada memperburuk keadaan dengan memaki orang dengan mengabsen semua nama binatang peliharaan atau bahkan melakukan hal-hal berbau anarki, alangkah lebih baik jika kita diam sejenak. Saya tahu, kita semua sudah dapat membedakan baik dan buruk. It’s up to you to choose one. Kita bisa berubah dari reaktif menjadi proaktif, it depends on our self. Seperti yang selalu dikatakan pak Eki (Dosen favorit saya) ketika kuliah akan usai: “If you do something positive, positive will be back to you”.

Semua orang pasti ingin bahagia dan yang perlu diingat adalah bahagia milik siapapun. Kita tidak mungkin bahagia jika kita merusak kebahagiaan orang lain. Ketika Anda berfikir bahwa sayalah yang menang dan kamu kalah, sebenarnya yang benar-benar kalah adalah Anda. Bukankah akan lebih baik jika kita bisa menang bersama-sama. Merasakan bahagia tanpa ada kebencian, dengki dan iri satu sama lain. Untuk mendapatkan kebahagiaan sejati adalah dengan cara berdamai pada hal-hal diluar kendali kita. Kuncinya ikhlas terhadap apapun yang terjadi.

When things don’t go on your way, remember they’re going God’s way which is better for you than your way. God made the best plan for everyone who loves Him.

1 comment: