Friday 29 April 2011

the peaceful of islam


Tulisan ini saya dedikasikan untuk seluruh warga dunia yang penuh kedamaian. Akhir-akhir ini kita sering disuguhkan banyak berita tentang bom dan aliran sesat. Bom bunuh diri yang dilakukan seorang pemuda di Cirebon, NII yang gencar melakukan regenerasi dan merekrut anggota baru dengan memeras finansial mereka, hingga kekerasan FPI yang terjadi beberapa waktu lalu. Semua masalah ini dikerucutkan kemudian menunjuk pada kaum muslim. Ya, orang-orang muslim dianggap teroris dan penuh kekerasan. Sedih. Pedih. Miris. Saya sebagai muslim merasa disakiti dengan berita-berita tersebut. Saya berfikir, apa benar merekalah muslim yang sesungguhnya? Apa mereka benar-benar ahli agama? Mengapa publik dengan mudah men-judge kaum muslim seperti itu?
Saya lahir di keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai islam. Nilai-nilai tersebut ditumbuhkan melalui kebiasaan, namun saya dan keluarga bukanlah orang-orang fanatik. Ummi saya tidak pernah memaksa saya shalat, beliau hanya mengajarkan saya bahwa shalat adalah kewajiban. Yang namanya kewajiban, jika dilakukan mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa. Ummi saya tidak pernah memarahi, memukul, atau bahkan melemparkan bom pada saya jika meninggalkan shalat. Inilah yang ingin saya tegaskan, tidak ada paksaan dalam memeluk islam. Coba perhatikan tafsir ayat di bawah ini:
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dan jalan yang sesat”. (Q.S.Al-Baqarah [2]:256)
Jadi, segala tindakan kekerasan yang mengacu untuk membuat seseorang memeluk islam adalah keliru. Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi perdamaian dan toleransi antar agama. Rasulullah juga tidak pernah mengajarkan kekerasan pada orang yang memusuhi kita, bahkan beliau mengajarkan untuk selalu memaafkan dan membalas mereka dengan kebaikan. Kita hanya boleh berperang jika pihak lawan melakukan serangan duluan dan ketika nyawa kita memang benar-benar sudah diujung tombak.
Memusnahkan orang-orang tak berdosa, memeras warga untuk masuk NII, atau bahkan menghancurkan gereja bukanlah sesuatu yang brilliant jika dilakukan pada zaman modern seperti sekarang ini. Itukah yang disebut jihad? Bagi saya itu merupakan suatu aksi yang sangat konvensional dan saya masih sanksi jika mereka menyebut hal tersebut sebagai “jihad”. Setau saya, jihad bukan berarti perang dan melakukan aksi kekerasan. Jihad adalah bersungguh-sungguh melakukan sesuatu di jalan Allah.
Lantas, mengapa masih ada orang yang mau menyia-nyiakan hidupnya demi membasmi orang lain yang tidak sepaham? Apakah mereka tidak berfikir bahwa banyak sekali pihak yang dirugikan atas tindakan tersebut? Apa Allah pernah menyuruh kita membasmi semua makhluk yang menentang islam? Saya pikir, orang-orang tersebut belum mengkaji ilmu-ilmu islam lebih dalam. Islam adalah agama yang penuh kedamaian dan kasih sayang. Temans, kita hidup di dunia ini tidak hanya dengan satu komunitas saja, tapi dengan berjuta-juta komunitas. Kita seharusnya dapat hidup damai berdampingan dengan semua orang yang ada di dunia ini. Terlepas dari agama, suku, ras, negara, ataupun marga. Sekali lagi, untuk menyelesaikan masalah ini masih banyak hal yang dapat kita lakukan, dan pastinya tidak dengan perang, kekerasan, pemaksaan, dan penindasan.
Untuk orang-orang yang masih berpikiran untuk berjihad, cobalah untuk berjihad dengan cara yang benar. Kita bisa berjihad dengan banyak cara. Membahagiakan orang tua, belajar sungguh-sungguh, mendirikan sekolah bagi kaum dhuafa, menjadi kaya dan dermawan pada fakir miskin, memperhatikan orang kurang mampu dan menyayangi anak yatim, dan masih banyak lagi-semua itu adalah jihad jika kita melakukannya hanya demi mendapatkan ridho-Nya.
Terakhir, saya ingin menyampaikan bahwa saya memang bukan ahli agama, ilmu saya masih minim tentang islam. Tapi saya tidak ingin berpikiran sempit seperti oknum tersebut. Melakukan hal-hal amoral atas nama agama benar-benar sesuatu yang menyedihkan. Ibarat kita mengetahui buah hanya dari kulit luarnya saja, namun bersikap angkuh dan sok tahu seakan-akan kita mengetahui seluruh hal detail tentang buah tersebut.

No comments:

Post a Comment